Monday, December 5, 2016

EPISTEMOLOGI DAN TEOLOGI

                                       EPISTEMOLOGI DAN TEOLOGI
                                                      PENDAHULUAN
Sebagai manusia, kita selalu dan senantiasa mencari kebenaran, selain kebenaran ada juga orang yang masih mempertanyakan keberadaan Allah. Kita tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, walaupun banyak kebenaran disekitar kita dan banyak juga pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa Allah itu ada, namun kita masih melakukan banyak cara untuk memperoleh kebenaran contohnya dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam yang dapat dimengerti dan berusaha untuk membuktikannya, oleh karena itu, hal ini memotivasi saya untuk mempelajari lebih dalam apa arti kebenaran dan Allah. Ketika saya mencoba untuk mempelajari tentang apa itu kebenaran dan Allah, saya mulai memasuki ranah yang dinamakan filsafat. Filsafat secara harfiah berarti cinta akan kebijaksanaan (Knight, 2009, hal.11). dan cabang ilmu filsafat yang ingin saya mempelajarinya adalah Epistemologi dan Teologi.
ISI
Secara Etimologi, Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran sedangkan logos berarti pikiran, kata atau ilmu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang secara khusus mengguluti pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang kebenaran.
Menurut Sudarminta 2002:19 “Epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif dan kritis. Evalautif berarti bersifat bernilai, ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya atau memeliki dasar yang dapat di pertanggungjawabkan secara nalar”. Oleh karena itu, Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan akan kebenaran, atau cabang filsafat yang mengkaji tentang apa itu benar. Kebenaran adalah apa yang dipresentasikan sesuai dengan realitas atau apa yang disampaikan sesuai dengan kenyataan. Epistemologi berhubungan dengan ketergantungan pengetahuan dan berbagai metode untuk mencapai kebenaran yang dapat diterima dan dibuktikan. Kita dapat mengetahui kebenaran dengan merasakan dan melihat kenyataan yang ada, dengan adanya kenyataan atau hal yang dapat dibuktikan, maka kita dapat mengakui bahwa itu adalah kebenaran. Ada pandangan yang mengklaim bahwa tidak mungkin mendapatkan pengetahuan, dan bahwa segala bentuk pencarian kebenaran adalah sia-sia, pandangan ini adalah Skeptisme. Ada juga istilah yang mendekati pandangan ini yaitu “agnostisisme”. Agnostisme adalah pengakuan dari ketidaktahuan, terutama yang berhubungan dengan keberadaan atau ketidakberadaan Tuhan.
Secara umum ada beberapa sumber pengetahuan tentang kebenaran, misalnya panca indera, yaitu manusia mengetahui kebenaran dengan cara melihat, mendengar, meghirup, mengecap dan merasakan, selanjutnya adalah wahyu, wahyu adalah alat yang Tuhan pakai untuk menyampaikan kehendakNya, ini tidak kelihatan tetapi inilah kebenaran yang sesungguhnya, karena berasal dari Tuhan. selanjutnya adalah Otoritas, ini diterima sebagai kebenaran karena ini muncul dari para ahli dan sudah diakui sebagai tradisi dan kebenaran oleh banyak pihak. Selanjutnya adalah Rasio, adalah kebenaran dari pemikiran manusia dan ini belum tentu benar, karena jika tidak sesuai dengan Alkitab, maka salah. Selanjutnya adalah Intuisi yaitu mendapatkan kebenaran secara langsung yang bukan merupakan hasil penalaran atau presepsi perasaan secara sadar.  
Ada pengetahuan yang bersifat subjektif dan objektif misalnya, menurut Van Cleve Morris ada tiga hal mendasar tentang objektifitas pengetahuan, yang pertama adalah sebagian orang meyakini bahwa pengetahuan adalah sesuatu dari luar yang datang pada kita, yang dimasukan ke dalam akal budi dan system saraf kita, yang kedua adalah ada orang yang percaya bahwa pengetahuan mengkontribusikan sesuatu dalam hubungan mereka dengan dunia, seperti bertanggung jawab secara parsial terhadap struktur pengetahuan mereka dan yang ketiga adalah bahwa kita ada sebagai “subjek murni” yang menjadi produsen kebenaran, daripada sebagai penerima ataupun partisipan.
Zaman sekarang ada banyak sekali sumber kebenaran yang ada disekitar kita, misalnya Kebenaran menurut alam, contohya zaman postmodern, yaitu zaman yang semakin maju, lebih maju dari zaman modern dan menolak aspek-aspek tertentu dari zaman modern, tetapi zaman ini juga mempertahankan kemiripan-kemiripan tertentu dengan zaman modern, misalnya zaman modern maupun zaman postmodern secara umum secara umum bersifat nonteistis, keduanya sama-sama menolak teisme dan agnostisme. Selain kebenaran menurut alam ada juga kebenaran menurut rasio manusia, kebenaran ini terjadi karena kebiasaan dan pengalaman manusia, contohnya jika bersalaman dengan orang lain, kita harus menggunakan tangan kanan, tidak boleh menggunakan tangan kiri, ini dikatakan kebenaran karena ini sudah menjadi kebiasaan kita, dan ini menjadi kebiasaan karena pengalaman kita, selain kebenaran karena pengalaman manusia, ada juga bentuk kebenaran yang lain, Knight juga mengatakan bahwa “ada juga tipe pengetahuan yang mengatakan bahwa ada kebenaran yang sudah ada sebelum pengalaman manusia dan ini tidak tergantung pada pengetahuan manusia dan juga terlepas dari kesadaran manusia, tetapi ini terbangun dalam struktur berdasarkan hakekat, pengetahuan ini disebut pengetahuan a priori, sebaliknya pengetahuan yang berdasarkan pengalaman manusia dan bergantung pada kesadaran dan hikmat manusia”. Itulah kebenaran menurut alam dan rasio manusia, Kebenaran-kebenaran ini disebut kebenaran relatif, dikatakan relatif karena berasal dari manusia dan sewaktu-waktu bisa berubah, karena ini bukanlah kebenaran yang sesungguhnya, kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran berdasarkan Alkitab, oleh karena itu teori Darwin yang mengatakan bahwa Manusia berasal dari kera itu salah, itu salah, karena bertentangan dengan Alkitab, Alkitab secara jelas mengatakan bahwa Manusia adalah ciptaan Allah, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang, bukan berasal dari kera.
Ada banyak kebenaran disekitar kita, tetapi itu bukan kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya itu berasal dari Alkitab, yaitu kebenaran dari Allah. Kebenaran Allah yang absolut bukan kebenaran yang absolutisme. Kebenaran Allah yang absolut adalah kebenaran yang tidak pernah berubah, bersifat universal, utuh dan benar secara sempurna (Holmes, 2005, hal.60). kebenaran ini mutlak atau absolut, karena sesunguhnya semua kebenaran itu bersumber dari Allah. Sedangkan absolutisme adalah teori yang menganggap bahwa hanya ada kebenaran yang mutlak dan yang lain adalah salah. Alkitab dikatakan sumber kebenaran yang sejati karena Alkitab, walaupun penulisnya lebih dari 40 penulis dengan latar belakang pendidikan, usia dan pekerjaan yang berbeda-beda dan dalam perbedaan waktu yang cukup panjang, kurang lebih 1500 tahun, namun demikian konteksnya tetap sama, tidak pernah bertentangan yaitu sama-sama menceriterakan tentang keselamatan oleh Yesus Kristus.
kebenaran menurut manusia adalah kebenaran yang relatif, yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kehendak dari manusia, sedangkan kebenaran menurut Alkitab adalah kebenaran absolut yang berasal dari Allah, yang sifatnya mutlak, kekal atau tidak akan berubah. Seringkali di kemajuan pemikiran dan ilmu pengetahuan, manusia tidak mempercayai bahwa Allah adalah sumber kebenaran. Mereka yang menerima rasio dari Allah menggunakan rasio itu untuk menolak kebenaran. Banyak dari masyarakat dunia yang memutuskan untuk menjadi “Atheis” karena mereka mengganggap kebenaran dalam Tuhan adalah hal yang tidak realistis. Sehingga mereka memilih untuk tidak menerima kebenaran itu.
Walaupun Alkitab tidak menjelaskan natur kebenaran dalam filosofi yang teliti, namun Alkitab memberikan perspektif kebenaran dan ketidakbenaran yang menentang orientasi postmodern. Alkitab tidak hanya berbicara tentang apa saja yang benar tetapi natur dari kebenaran itu sendiri.  Groothuis menulis bahwa “Menurut Alkitab, kebenaran itu diwahyukan oleh Allah, maksudnya adalah kebenaran tidak dikonstruksi atau di temukan oleh individu atau komunitas, tetapi kebenaran berasal dari penyataan Allah yang berpribadi dan bermoral yang membuat diri-Nya diketahui. Selain mewahyukan diri-Nya secara umum melalui ciptaan dan hati nurani, Allah telah mewahyukan kebenaran tentang keselamatan melalui karya-karya-Nya yang dasyat dalam sejarah, inkarnasi dan ke-66 kitab di dalam Alkitab. Seperti yang di tulis oleh Paulus kepada jemaat di Roma, bahwa “Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi. (Roma 3:4)”. Paulus ingin menekankan kepada jemaat Roma dan kita bahwa hanya Allah yang benar, kebenaran itu hanya berasal dari Allah, semua manusia itu pembohong, atau tidak ada kebenaran dalam diri manusia.
TEOLOGI
Kita sudah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya yaitu kebenaran berdasarkan Alkitab, kebenaran yang berasal dari Allah. Hal ini membuat saya bertanya, apakah ada Allah? Oleh karena itu saya ingin belajar apakah ada Allah? Dan siapakah Allah sehingga semua sumber kebenaran berasal dari Dia? dan ilmu yang mengkaji tentang kebenaran ini adalah Teologi. Teologi adalah bidang studi yang berusaha untuk menyampaikan suatu pernyataan yang berhubungan secara logis tentang doktrin-doktrin iman Kristen, yang terutama berdasarkan Alkitab, ditempatkan dalam konteks kebudayaan pada umumnya, dikalimatkan dalam bahasa masa kini, dan berhubungan dengan masalah;masalah kehidupan ( Erickson 2004:27). Teologi ini sangat penting bagi kita, walaupun kelihatannya Teologi membingungkan dan menyulitkan orang awam yang untuk memahaminya, namun kita perlu ketahui, bahwa Teologi itu penting karena doktrin  yang tepat sangat penting dalam hubungan orang percaya dengan Allah, dan salah satunya berbicara tentang keberadaan dan sifat Allah. Menurut Erikson, Ada dua tokoh yang mencoba membuktikan tentang keberadaan Allah, yang pertama adalah Augustus Hopkins Strong, melalui karyanya “Teologi sistematika” dia memulai teologinya dengan mengakui keberadaan Allah, namun dia tidak menyajikannya dengan bukti-bukti, dia beranggapan bahwa gagasan tentang Allah adalah kebenaran pertama. Dia mengatakan bahwa Allah dapat diketahui lewat naluri rasional. Yang kedua adalah Thomas dari Aquino, dia berpendapat bahwa keberadaan Allah dapat dibuktikan dengan akal murni, tanpa bersandar pada sumber lainnya. Berdasarkan pengamatan-pengamatannya dia, ada 5 bukti yang menandakan bahwa Allah itu ada, yaitu: bukti dari adanya gerakan atau perubahan, bukti dari keteraturan alam semesta). Dari kedua pendapat ini, baik rasional maupun empiris dapat disimpulkan bahwa: Allah itu ada( dianggap sebagai kebenaran pertama dan ditetapkan melalui bukti-bukti empiris), yang kedua, Allah telah menyatakan diri-Nya secara khusus di dalam Alkitab dan yang ketiga adalah penyataan khusus ini harus diselediki untuk mengetahui apa yang telah dinyatakan oleh Allah. Sebenarnya dari Alkitab yang adalah sumber kebenaran, dan pendapat-pendapat orang lain, kita sudah dapat ketahui, bahwa Allah itu benar-benar ada. Walaupun Allah itu tidak kelihatan, namun Allah itu benar-benar ada. Ada Gereja yang Kristen yang mengaku bahwa Allah adalah pribadi yang tak terjangkau pemikiran manusia, namun dipihak lain mengaku juga bahwa Allah dapat dikenal dan pengenalan akan Allah adalah syarat mutlak untuk keselamatan.
Menurut doktrin Agama Kristen (Doktrin Trinitas),  Allah kita adalah Allah yang Maha Esa, namun ada tiga pribadi yang adalah Allah, yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus. Ketiga pribadi ini sudah ada sejak kekekalan dan masing-masing mempunyai peran-Nya  sendiri, Allah Bapa yang menciptakan, Tuhan Yesus yang menebus kita, dan Roh Kudus yang menjadi penghibur dan penolong kita ketika Tuhan Yesus kembali ke Sorga. Doktrin Trinitas sangat penting bagi kepercayaan Kristen, doktrin tersebut berkaitan dengan siapakah Allah itu? Bagaimanakah Dia, bagaimana cara kerja-Nya? Dan bagaimana Ia harus didekati (Erickson 2004:516). Mungkin juga ada pertanyaan dalam diri kita, kepada siapakah kita harus sembah dan berdoa? kepada Allah Bapa saja, Allah Anak saja, atau Roh Kudus saja?. Kita perlu ingat bahwa walaupun tiga pribadi, namun Ketiga-Nya adalah satu. Meskipun di dalam Alkitab tidak dijelaskan secara detail tentang Allah Tritunggal, namun kita bisa mengetahuinya melalui karya Allah dari penciptaan, sampai penebusan dan kenaikan kembali Tuhan Yesus ke Sorga.
Apakah atribut-atribut Allah? Atribut-atribut Allah tidak boleh dianggap sebagai banyak bagian yang membentuk satu susunan, sebab Allah tidak seperti manusia yang terdiri atas banyak bagian. Atribut juga tidak dianggap sebagai sesuatu yang ditambahkan atas jatidiri Allah, karena Allah sudah sempurna sejak kekekalan.  Menurut aliran Skolastik, Allah adalah segala yang Ia miliki. Ia memeliki hidup, terang, hikmat, kasih, dan kebenaran. Sebagai manusia kita tidak dapat mengerti secara mendetail tentang Allah, karena kita ini hanya ciptaan-Nya, dan pemikiran kita sangat terbatas, tidak sanggup memikirkan Allah yang adalah pencipta kita yang Sempurna. Penulis Kitab Pengkhotah menulis bahwa “maka nyatalah kepadaku, bahwa manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah, yang dilakukan-Nya di bawah matahari. Bagaimanapun juga manusia berlelah-lelah mencarinya, ia tidak akan menyelaminya. Walaupun orang yang berhikmat mengatakan, bahwa ia mengetahuinya, namun ia tidak dapat menyelaminya”. Oleh karena itu Kita cukup mengenal Allah saja dan percaya kepada-Nya, karena hikmat kita tidak sanggup untuk mengenal Allah kita yang sempurna itu dengan detail.
Ada juga orang yang mengatakan bahwa Allah itu tidak ada, nah kembali kepada Epistemologi, mereka mengatakan seperti ini karena mereka menganggap bahwa kebenaran itu harus nyata, mereka berpikir secara logika, mereka tidak menganggap bahwa Alkitab adalah sumber kebenaran yang sejati, dan karena Allah kita adalah kudus dan tidak bisa bersatu dengan dosa sehingga kita tidak bisa melihat Allah. “tidak bisa melihat Allah” inilah yang membuat mereka tidak mengakui akan keberadaan Allah.
Ada juga anggapan bahwa Allah itu adalah Alam semesta, ini tidak benar karena secara jelas Alkitab menjelaskan kepada kita bagaimana penciptaan bumi, dan segala isinya, jadi yang pasti adalah alam semesta ini adalah ciptaan Allah, sama seperti manusia, bedanya manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, sedangkan alam semesta tidak, dan Allah memberi mandat kepada manusia untuk melestarikan alam. Oleh karena itu alam semesta adalah ciptaan Allah bukan Allah. Kita perlu ingat bahwa segala sesuatu yang tidak benar menurut Alkitab, maka itu tidak benar.
PENUTUP
Sebagai guru Kristen yang sudah tahu tentang arti kebenaran yang sesungguhnya, yaitu kebenaran berdasarkan Alkitab, kita perlu mengajarkannya kepada anak didik kita. Tuhan memanggil Guru Kristen untuk menuntun dan memimpin anak muda dengan pengetahuan ke jalan yang benar, kita selayaknya Gembala yang harus menuntun domba-domba kita kearah yang benar agar mereka bisa menemukan tempat yang terdapat banyak makanan dan mereka bisa terhindar dari bahaya. Sebagai gembala, tugas kita adalah penunjuk jalan, penasihat, pelatih dan penghibur. Seperti yang dikatakan Van Brumellen bahwa, “Untuk menuntun siswa ke jalan hikmat, lebih dari sekedar pemaparan materi. Sebagai guru, kita perlu menyediakan struktur kelas yang memungkinkan siswa untuk mengalami arti kehidupan berdasarkan pandangan hidup yang Alkitabiah, yang adalah sumber kebenaran yang sejati. Setelah kita mengetahui kebenaran yang sejati maka kita akan mengenal akan Allah kita yang adalah sumber kebenaran, kita juga perlu menuntun anak didik kita agar mereka juga mengenal akan Allah kita, yang sudah menciptakan, menebus dan menjadi penolong kita selama ini.